Sunday, March 27, 2011

Kisah Sahabat: Kisah Salman al-Farisi Mencari Kebenaran

Salman al-Farisi pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia yang menganut agama Majusi. Namun dia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Pergolakan batin itulah yang mendorongnya untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya.


Kisah Salman diceritakan langsung kepada seorang sahabat dan keluarga dekat Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abbas:

Salman dilahirkan dengan nama Persia, Rouzbeh, di kota Kazerun, Fars, Iran. Ayahnya adalah seorang Dihqan (kepala) desa. Dia adalah orang terkaya di sana dan memiliki rumah terbesar.

Ayahnya menyayangi dia, melebihi siapa pun. Seiring waktu berlalu, cintanya kepada Salman semakin kuat dan membuatnya semakin takut kehilangan Salman. Ayahnya pun menjaga dia di rumah, seperti penjara.

Ayah Salman memiliki sebuah kebun yang luas, yang menghasilkan pasokan hasil panen berlimpah. Suatu ketika ayahnya meminta dia mengerjakan sejumlah tugas di tanahnya. Tugas dari ayahnya itulah yang menjadi awal pencarian kebenaran.

“Ayahku memiliki areal tanah subur yang luas. Suatu hari, ketika dia sibuk dengan pekerjaannya, dia menyuruhku untuk pergi ke tanah itu dan memenuhi beberapa tugas yang dia inginkan. Dalam perjalanan ke tanah tersebut, saya melewati gereja Nasrani. Saya mendengarkan suara orang-orang shalat di dalamnya. Saya tidak mengetahui bagaimana orang-orang di luar hidup, karena ayahku membatasiku di dalam rumahnya! Maka ketika saya melewati orang-orang itu (di gereja) dan mendengarkan suara mereka, saya masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan.”

“Ketika saya melihat mereka, saya menyukai salat mereka dan menjadi tertarik terhadapnya (yakni agama). Saya berkata (kepada diriku), ‘Sungguh, agama ini lebih baik daripada agama kami’”.

Salman memiliki pemikiran yang terbuka, bebas dari taklid buta. “Saya tidak meninggalkan mereka sampai matahari terbenam. Saya tidak pergi ke tanah ayahku.”

Dan ketika pulang, ayahnya bertanya. Salman pun menceritakan bertemu dengan orang-orang Nasrani dan mengaku tertarik. Ayahnya terkejut dan berkata: “Anakku, tidak ada kebaikan dalam agama itu. Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik.”

“Tidak, agama itu lebih baik dari milik kita,” tegas Salman.

Ayah Salman pun bersedih dan takut Salman akan meninggalkan agamanya. Jadi dia mengunci Salman di rumah dan merantai kakinya.

Salman tak kehabisan akan dan mengirimkan sebuah pesan kepada penganut Nasrani, meminta mereka mengabarkan jika ada kafilah pedagang yang pergi ke Suriah. Setelah informasi didapat, Salman pun membuka rantai dan kabur untuk bergabung dengan rombongan kafilah.

Ketika tiba di Suriah, dia meminta dikenalkan dengan seorang pendeta di gereja. Dia berkata: “Saya ingin menjadi seorang Nasrani dan memberikan diri saya untuk melayani, belajar dari anda, dan salat dengan anda.”

Sang pendeta menyetujui dan Salman pun masuk ke dalam gereja. Namun tak lama kemudian, Salman menemukan kenyataan bahwa sang pendeta adalah seorang yang korup. Dia memerintahkan para jemaah untuk bersedekah, namun ternyata hasil sedekah itu ditimbunnya untuk memperkaya diri sendiri.

Ketika pendeta itu meninggal dunia dan umat Nasrani berkumpul untuk menguburkannya, Salman mengatakan bahwa pendeta itu korup dan menunjukkan bukti-bukti timbunan emas dan perak pada tujuh guci yang dikumpulkan dari sedekah para jemaah.

Setelah pendeta itu wafat, Salman pun pergi untuk mencari orang saleh lainnya, di Mosul, Nisibis, dan tempat lainnya.

Pendeta yang terakhir berkata kepadanya bahwa telah datang seorang nabi di tanah Arab, yang memiliki kejujuran, yang tidak memakan sedekah untuk dirinya sendiri.

Salman pun pergi ke Arab mengikuti para pedagang dari Bani Kalb, dengan memberikan uang yang dimilikinya. Para pedagang itu setuju untuk membawa Salman. Namun ketika mereka tiba di Wadi al-Qura (tempat antara Suriah dan Madinah), para pedagang itu mengingkari janji dan menjadikan Salman seorang seorang budak, lalu menjual dia kepada seorang Yahudi.

Singkat cerita, akhirnya Salman dapat sampai ke Yatsrib (Madinah) dan bertemu dengan rombongan yang baru hijrah dari Makkah. Salman dibebaskan dengan uang tebusan yang dikumpulkan oleh Rasulullah SAW dan selanjutnya mendapat bimbingan langsung dari beliau.

Betapa gembira hatinya, kenyataan yang diterimanya jauh melebihi apa yang dicita-citakannya, dari sekadar ingin bertemu dan berguru menjadi anugerah pengakuan sebagai muslimin di tengah-tengah kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang disatukan sebagai saudara.

Kisah kepahlawanan Salman yang terkenal adalah karena idenya membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq. Ketika itu Madinah akan diserang pasukan Quraisy yang mendapat dukungan dari suku-suku Arab lainnya yang berjumlah 10.000 personel. Pemimpin pasukan itu adalah Abu Sufyan. Ancaman juga datang dari dalam Madinah, di mana penganut Yahudi dari Bani Quradhzah akan mengacau dari dalam kota.

Rasulullah SAW pun meminta masukan dari sahabat-sahabatnya bagaimana strategi menghadapi mereka. Setelah bermusyawarah akhirnya saran Salman Al Farisi atau yang biasa dipanggil Abu Abdillah diterima. Strategi Salman memang belum pernah dikenal oleh bangsa Arab pada waktu itu. Namun atas ketajaman pertimbangan Rasulullah SAW, saran tersebut diterima.

Atas saran Salman itulah perang dengan jumlah pasukan yang tak seimbang dimenangkan kaum Muslimin.

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, Salman dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga dia wafat.

Diolah dari Wikipedia, The Search for The Truth -by a Man Known as Salman the Persian karangan Dr Saleh as-Saleh, dan sumber-sumber lainnya. (jri)

Sumber: ramadan.okezone.com.

Wednesday, March 16, 2011

BUAT MUSLIMAH SEJATI.... :)


Sesungguhnya hijab menjagamu dari pandangan yang beracun. Pandangan yang berasal dari penyakit hati dan penyakit kemanusiaan. Hijab memutuskan darimu ketamakan yang berapi-api.
Amaran
Tidaklah pakaian itu sempit yang mempertontonkan bentuk anggota badannya, sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim dari Nabi Shalallahu'alaihi Wassallam bahwasanya beliau bersabda:
"Dua kelompok dari penduduk neraka yang aku belum melihatnya, (kelompok pertama) yaitu wanita yang berpakaian (pada hakekatnya) ia telanjang, merayu-¬rayu dan menggoda, kepala mereka seperti punuk onta (melenggak-lenggok, membesarkan konde), mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya. Dan (kelompok kedua) yaitu laki-laki yang bersamanya cemeti seperti ekor sapi yang dengannya manusia saling rnemukul-mukul sesama hamba Allah. "(HR. Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata di dalam Majmu' Al-Fatawa (22/146) dalam menafsirkan sabda Nabi Shalallahu'alaihi Wassallam:
"Bahwa perempuan itu memakai pakaian yang tidak menutupinya. Dia berpakaian tapi sebenarnya telanjang. Seperti wanita yang memakai pakaian yang tipis sehingga menggambarkan postur tubuh (kewanitaan)-nya atau pakaian yang sempit yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, seperti pinggul, lengan dan yang sejenisnya. Akan tetapi, pakaian wanita ialah apa yang menutupi tubuhnya, tidak memperlihatkan bentuk tubuh, serta kerangka anggota badannya karena bentuknya yang tebal dan lebar."
Wahai Muslimah
Berpeganglah pada hijab. Dan janganlah kamu tergoda oleh pengumbar fitnah yang bertujuan memerangi hijab atau mengecilkan dari bentuknya. Sebab ia ingin menjadikanmu jahat. Sebagaimana firman Allah:
Sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh jauhnya (dari kebenaran). " (An-Nisaa': 27)
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزۡوَٲجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡہِنَّ مِن جَلَـٰبِيبِهِنَّۚ ذَٲلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورً۬ا رَّحِيمً۬ا





Saturday, March 12, 2011

MPP USIM (FIQH FATWA)

YANG DIPERTUA


SETIAUSAHA AGONG

EXCO BELIA DAN SUKAN
Salam...atas permintaan salah seorang sahabat kita, pihak UNIT MEDIA DAN PENERBITAN cuba mencari maklumat tentang MPP terbaru kita dari program fiqh fatwa khususnya.....SYUHADA A. HALIM memegang jawatan sebagai EXCO PEMBANGUNAN DAN SAHSIAH....mereka bakal ditauliah secara rasmi pada hari Selasa 15 Mac 2011....sama-samalah kita doakan agar mereka mampu menjalankan taklifan yang telah diberi!

Thursday, March 10, 2011

Jangan Nafikan Hak Orang Lain... :)


Situasi 1
Seorang guru atau pensyarah sedang mengajar di hadapan dengan penuh keikhlasan. Beberapa orang pelajar di bahagian hadapan sedang memberi tumpuan di dalam kelas.
Malangnya segelintir pelajar di bahagian belakang kelas sedang sibuk bersembang dengan rancaknya, malah sehingga mengganggu pengajaran guru di hadapan sekaligus mengganggu pelajar-pelajar yang sedang memberi tumpuan.
Situasi 2
Seorang pengunjung A sedang makan tengahari di sebuah kedai makan di bandar ibu kota. Dengan perut yang tengah lapar, maka pengunjung A tadi terus memesan makanan yang disediakan di dalam menu. Selang beberapa minit, hidangan pun sampai, maka pengunjung tadi pun memulakan suapan pertamanya.
Kemudian datang seorang pengunjung B lagi menghampiri kedai dan duduk di meja belakang pengunjung A lalu memesan hanya minuman. Sementara menunggu minumannya sampai, pengunjung B tadi mengeluarkan sekotak rokok dari poketnya lalu mengeluarkan sebatang rokok, lalu dihidupkan pemetik api untuk menyalakan rokoknya. Pengunjung A yang sedang menikmati juadahnya terus hilang selera disebabkan asap rokok tadi.
Bagaimana perasaan sahabat-sahabat jika perkara ini berlaku pada diri kita sendiri?
Dua situasi di atas mungkin pernah berlaku pada diri kita, mungkin di dalam kelas dan mungkin juga di kafe-kafe atau gerai makan. Mungkin perasaan geram, marah dan sebagainya akan timbul dalam diri kita dan mungkin juga sumpah seranah dan makian yang terkubur dalam hati yang tak mampu untuk diluahkan secara kasarnya.
Pernahkah orang yang melakukan perkara-perkara itu mengendahkan kehadiran kita?
Dunia ini bagaikan mereka yang punya, suka hati merekalah nak lakukan apa saja yang mereka suka, mereka nak bising ke, nak hisap rokok berpuluh-puluh batang ke, terpulang pada diri mereka. Mungkin itulah jawapan yang paling tepat yang boleh dikatakan bagi pihak mereka.
Jika dilihat dari perspektif kita mungkin mereka ini boleh digolongkan dalam golongan yang sebenarnya menafikan hak orang lain. Apabila menyebut menafikan hak orang lain, maka istilah yang boleh saya katakan tepat untuk mereka ialah zalim.
Kenapa Zalim?
Apabila kita meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya maka itu dikira zalim. Seorang yang membuat bising di dalam kelas ketika mana guru sedang mengajar dan pelajar lain sedang menumpukan pada pengajaran guru dikira zalim kerana dia telah menganggu hak guru yang sedang mengajar dan pelajar lain yang sedang belajar.
Manakala seorang perokok dikira zalim kerana dia telah menafikan hak orang lain untuk menghirup udara segar yang diciptakan oleh Allah kepada setiap makhluk di muka bumi ini.
Tidak tepatkah andaian ana ini?
Ketika mana kita sedang seronok dengan perbuatan kita, orang lain sedang sengsara dengan perbuatan yang kita lakukan. Adilkah begitu wahai sahabat-sahabat?
Saya tinggalkan persoalan terakhir ini untuk kita sama-sama muhasabah diri kita semula, mungkin banyak lagi perkara yang kita dah nafikan hak orang lain, cuma dua perkara ini yang hendak saya ketengahkan.
Cuba kita fikir-fikirkan semula, pernah tak kita nafikan hak orang lain. Wallahualam..

Dipetik dari ILUVISLAM